TEKS
‘IDUL FITHRI 1429 H/2008 M
Judul
: Menjalin Silaturahmi di
Hari Fithri
Oleh : Drs. H. Sukanda Hidayat, MM
Allahu
Akbar .............. 3 x
Syukur
kita haturkan ke Dzat yang Maha Luhur Allah yang Maha Ghafur, yang telah
memberi negeri subur, walaupun belum semuanya makmur, barangkali kita kurang
bersyukur, semoga penyakit takabur yang masih menjamur cepat hancur lebur
terkubur.
Sholawat
dengan khidmat kita curahkan ke Sang Pembawa Misi Selamat Nabi Muhammad SAW,
yang selalu menyeru umat, dari rakyat sampai pejabat, untuk selalu menjauhi
maksiyat, kepada Allah untuk selalu dekat, agar selamat dunia akhirat. Amin ya
robbal alamin.
Sidang
‘Id yang berbahagia.
Fajar
1 syawal 1429 H bersinar di ufuk timur diiringi irama takbir, tahmid, tasbih
dan tahlil merasuk kalbu menggetarkan iman di dada, disaat kita melepas
Sayyidusysyuhur, penghulu semua bulan yakni Romadhon, bulan agung nan mulya.
Gemuruh takbir, tahmid, tasbih dan tahlil dikumandangkan umat Islam di se
antero jagat raya, khususnya di persada nusantara ini adalah refleksi dari hati
yang menang, setelah satu bulan penuh dengan sabar, tabah dan tawakal, dengan
gigih dan ulet mengendalikan hawa nafsu, mengekang syahwat, meredam amarah,
mengeram hasud dan dengki, sekaligus memompa semangat ibadah demi tunduk dan
patuh pada titah Ilahi sang pencinta yaitu Allah SAW.
Keberhasilan
mengentalikan nafsu, kemanangan melumpuhkan syetan adalah prestasi yang jauh
lebih hebat, lebih mulia, lebih tinggi dibanding dengan kemenangan-kemenangan
yang lain, sebab syetan itu musuh yang tidak tampak oleh penglihatan kasat
mata. Kalau kita bertempur dengan sesama manusia, tetangga bisa tahu, media
bisa memberitakan, tapi berperang melawan syetan, jangankan tetangga, teman
satu kamarpun tidak tahu. Itulah hebatnya bila kita sanggup meruntuhkan musuh
bernama syetan, dan prestasi ini yang bisa mengantarkan kita untuk selamat
dunia akhirat. Pantas Rasulullah SAW sepulang perang Badar memberikan
pernyataan : “ Kita telah kembali dari perang kecil menuju perang besar”.
Para
sahabat terperangah dan bertanya : “Ya Rasulullah, menurut kami perang Badar
ini perang yang sangat besar. Adakah perang yang lebih besar dari perang
Badar?. Rasulullah Menjawab : “ada yaitu perang melawan hawa nafsu”.
Karena
itulah kita gembira dan suka cita setelah sebulan penuh pada bulan Ramadhan
kemarin merasa menang memerangi hawa nafsu, dan rasa bahagia itu kita curahkan
melalui gema takbir sebagai wujud rasa syukur kepada Allah yang maha gagah.
Hadirin
sidang ‘Id yang berbahagia.
Gema
takbir yang kita lantunkan semalam suntuk hingga pagi ini, sebagai luapan dari
hati yang menang, tentu harus punya efek dalam kehidupan nyata, tidak hanya
formalitas dibibir, tidak sebatas deraian air mata tanpa bekas. Kalimat Allahu
Akbar harus sanggup membentuk sikap mental. Sikap mental apa yang harus
terbentuk dari kalimat itu ? yakni sifat tawadhlu. Runtuhnya kesombongan dalam
jiwa, dibibir kita terucap Allahu Akbar, dalam hati terpatri keyakinan bahwa
yang Agung, yang Besar, yang Tinggi, yang Hebat, yang Perkasa, yang Kaya hanya
Allah. Derajat kita manusia di alam raya ini semua sama. Puasa di bulan
Ramadhan kemarin telah menempa kita untuk punya sikap ini. Si Kaya dan Si
Miskin, si Kuat dan si papa, saat datang kewajiban puasa, merasa lapar yang
sama, haus yang sama, berbuka dan sahur mengikuti aturan yang sama,
mengeluarkan zakat fitrah dengan takaran yang sama. Tidak ada yang di
istimewakan. Sebagai contoh lagi, dalam Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun ayat 12 :
وَلَقَدۡ
خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن طِينٖ ١٢
“ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah”.
Allah
tidak membedakan pejabat dan rakyat, jenderal dan kopral, semua diciptakan dari
bahan baku yang sama, yaitu tanah. Dengan demikian, tidak ada yang pantas
menyombongkan diri di dunia ini. Tidak ada yang bisa merasa unggul antara satu
dari yang lainnya, baik karena harta, jabatan, ataupun kekuasaan, sebab yang
menjadikan hidup mulia di hadapan Allah hanyalah fakta dalam dada.
إِنَّ
أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
“ Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujrot : 13)
Hadirin
sidang ‘Id yang berbahagia.
Sejarah
telah membuktikan kepada kita, akibat ganasnya virus sombong, Fir’aun
ditenggelamkan ke dasar laut akibat sombong karena kekuasaan. Qorun di benamkan
ke perut bumi beserta harta kekayaannya akibat sombong dengan hartanya. Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
وَلَا
تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ
لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٖ ١٨
“ Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Lukman : 18)
Penyakit
kesombongan yang kemudian melahirkan sikap egois, hidup jauh dari aturan-aturan
Allah dan Rasul-Nya, akan mengundang datangnya adzab Allah yang akibatnya tidak
hanya dirasakan oleh orang-orang yang berbuat saja, tetapi juga oleh manusia
pada umumnya.
Saat
ini kita masih merasakan dampak dari berbagai musibah yang menimpa bangsa kita
antara lain kemarau panjang, kerisis pangan dan energi yang menjadikan
harga-harga kebutuhan pokok melambung naik, belum lagi musibah-musibah lainnya
yang datang silih berganti. Semua itu patut menjadi peringatan dan bahan
renungan bagi kita.
Hadirin
sidang ‘Id yang berbahagia.
Jika umat islam yang
telah di gembleng oleh ibadah-ibadah Ramadhan kemarin, telah mampu bersikap
tawadlu, memfitrahkan diri, memaknai dan merealisasikan silaturahmi yang
sesungguhnya, kita optimis, berbagai krisis akan mudah kita atasi, bencana bisa
diantisipasi, sikap-sikap anarkis akan terhenti, gontok-gontokan karena
berbagai perbedaan akan terbasmi, karena cinta kasih sesama warga bangsa terus
diberkahi, dan terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung yang Repeh Rapih Kerta
Raharja melalui akselerasi pembangunan partisipatif yang berbasis religius
kultural dan berwawasan lingkungan, sebagai visi Pemerintah Kabupaten Bandung.