MASJID AGUNG AL-FATHU KABUPATEN BANDUNG





TEKS KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1423 H/2003 M
Judul                 : Nabi Ibrahim AS Tokoh Multi Dimensi
Oleh                  : KH. M. Hasyim Siradjuddin
 

Allahhu Akbar 3x

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT Maha Pencipta. Dalam sejahtera semoga tercurah kepada junjunan kita Nabi Akhir Zaman, kepada keluarga dan para sahabatnya dan seluruh pengikutnya, kita diantaranya. Amin.

Hadirin Al-‘Aidin,
Alhamdulillah, kita masih diberi umur panjang. Kini kita masih berkesempatan mengikuti ‘Idul Adha dengan segala kegiatan yang bersifat ritual ceremonial.

Perayaan ‘Idul Adha diwarnai dengan tiga kegiatan pokok, yakni : 1). Memperbanyak bacaan takbir, 2). Mengerjakan shalat ‘Idul Adha dan 3). Menyembelih hewan qurban.
Mari kita menyimak makna ketiga kegiatan tersebut :

  1. Tentang Takbir
Takbir adalah satu istilah yang sebenarnya didalamnya terkandung tiga unsur zikir, yaitu : Takbir, Tahmid dan Tahlil.
Takbir, yaitu lafadz Allahu Akbar, artinya Allah Maha Besar.
Lewat lafadz takbir ini kita secara jujur mengaku bahwa diri kita ini kerdil, kecil, lemah tiada berdaya dihadapan Allah yang maha gagah dan perkasa.
Tahlil yaitu lafadz Lailaaha Illallah, artinya tiada tuhan yang patut disembah dengan benar kecuali Allah. Ungkapan ini merupakan pernyataan sumpah setia untuk selalu taat atas segala kehendaknya
Tahmid yaitu lafadz Walillahil-hamd, artinya hanya kepunyaannya segala puji. Ungkapan ini berisi pengakuan yang jujur bahwa hanya Allah-lah yang mendominasi segala puji. Kalaupun seseorang mempunyai sedikit kelebihan ketimbang orang lain, seyogyanya kemungkinan pujian yang diterima segera berpulang kepada Yang Maha Sempurna. Dengan demikian orang tak akan angkuh karena pujian dan tidak akan sakit hati karena cacian.
  1. Tentang Sgalat ‘Id
Dalam suasana gembira dan bahagia nan penuh ceria seperti sekarang ini, kaum muslim dituntut untuk tidak lalai berkomunikasi dengan Maha Pencipta, lewat pelaksanaan Shalat ‘Id. Inilah upacara ritual yang bersifat ceremonial, sebagai implementasi dan pengejawantahan rasa sadar dan syukur, tetap setia dan bersedia untuk berkorban.
Inilah apel besar kita. Diharapkan dengan apel besar ini akan mampu merangsang tugas rutin kita yang lima kali dalam sehari. Alangkah naifnya seseorang yang begitu antusias untuk mengikuti apel besar yang bersifat ceremonial ini akan tetapi ternyata dia lalai memenuhi tugas hariannya.
  1. Tentang Qurban
Kurban artinya dekat. Penyembelihan kurban dimaksudkan sebagai media mendekatkan jiwa kita kepada Maha Pencipta. Kalau shalat merupakan kegiatan yang bersifat ritual jasmaniyah sebagai implementasi dan pengejawantahan rasa sadar dan syukur, maka implementasi rasa sadar dan syukur yang bersifat material yaitu dengan menyembelih kurban. Kenapa menyembelih hewan dan tidak dengan jalan bersodaqah dengan emas, bahan pangan, bahkan sandang atau materi lainnya ?
Jawabannya :
a.     Bahwa kurban itu semacam upacara memperingati peristiwa penting yang pernah terjadi kurang lebih 6.000 tahun silam, yaitu penyembelihan Nabi Ismail AS oleh ayahandanya sendiri Nabi Ibrahim As.
b.     Dengan menyembelih kurban terjadi hilangnya nyawa dan mengalirnya darah yang kesemuanya mengingatkan kepada kita bahwa pada gilirannya, justru pengorbanan kita dalam menegakan ajaran agama yang hak itu harus berani sampai lepasnya nyawa dan mengalirnya darah. Bukankah pengorbanan pertama yang dituntut dari seorang anak sebelum ia dituntut untuk shalat, zakat dan sebagainya itu ialah keberanian mengocorkan darahnya tatkala dihitan.
c.     Dilihat dari sisi lain, bahwa dengan penyembelihanhewan kurban dan pemerataan mengkonsumsi daging merupakan upaya peningkatan dan pemerataan konsumsi protein hewani.
Memang daging dan darahnya dari hewan kurban tak dipersembahkan kepada Allah, tetapi sikap dan semangat berkurban dan bertaqwalah yang menjadi point penilaian Allah.
Hadirin yang berbahagia.
Terbayang oleh kita, bahwa para jemaah haji hari ini sedang berada pada puncak kesibukan melaksanakan manasik haji setelah kembali dari mengerjakan wukuf di Padang Arapah tanggal 9 Dzulhijjah kemarin. Ternyata hampir semua kegiatan manasik haji itu sangat erat kaitannya dengan kronologis perjuangan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan bahkan Ibunya tercinta Siti Hajar, sehingga tidak terlalu keliru kalau dinisbatkan kegiatan manasik haji itu bagaikan NAPAK TILAS perjuangan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar.
Secara gelobal Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti/melanjutkan agama Nabi Ibrahim AS yang Lulur. QS. An-Nahl Ayat 123 :
ثُمَّ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٢٣
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Tepat kiranya kalau pada kesempatan sekarang ini kita berupaya menyimak, menelusuri dan mengkaji keberadaan sosok utama yang bernama Ibrahim itu yang konon dalam Al-Qur’an disebut sebagai sosok dengan berbagai ketokohannya itu.
Beberapa hal yang patut kita simak :
  1. Pelantikan Setelah Melalui Berbagai Ujian
QS. Al-Baqarah ayat 124 :
۞وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامٗاۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِيۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِي ٱلظَّٰلِمِينَ ١٢٤
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.”
Diantara ujian yang diberikan Allah ialah : (1). Mengorbankan putranya Nabi Ismail AS. (2). Membangun kembali Ka’bah, dan (3). Menghancurkan kekuasaan Raja Namrud yang kejam.
Betapa indahnya memegang suatu jabatan sebagai hasil suatu perjuangan bukan jabatan yang berbau KKN yang disinyalir didalam reformasi seperti sekarang ini masih saja berjalan. Semoga mereka yang sampai kini masih terkontaminasi wabah KKN segera diberi kesadaran oleh Allah. Amin.
  1. Ibrahim Pemimpin Yang Demokratis
Setelah diterimanya perintah Allah untuk mengorbankan putra tercintanya, Ismail, Nabi Ibrahim AS tidak serta-merta melaksanakannya, tetapi ia sebagai ayah sebagai pemimpin memanggil puteranya/yang dipimpinnya untuk bermusyawarah sekitar perintah Allah yang diterimanya, katanya :
Wahai ananda tercinta, sesungguhnya ayahanda mendapat wahyu lewat mimpi, bahwa aku harus menyembelih ananda, maka bagaimanakah pandangan ananda ?”.
Ismail kecil yang saleh menjawab dengan tenangnya :
”Wahai ayahanda, silahkan laksanakan apa yang diperintahkan Allah. Insya Allah, ayahanda akan menyaksikan, aku termasuk orang yang bersabar.”
Bertapa indahnya pula dialog seorang pemimpin bersama putera yang dipimpinnya, dengan motivasi mencari Ridla Allah keduanya siap melaksanakan tugas yang maha berat.
Perintah mana yang lebih berat dari menyembelih putera tercinta dengan tangannya sendiri. Pengorbanan mana yang melebihi beratnya pengorbanan nyawa ditangan ayahnya.
Pemimpin yang demokratis seperti Nabi Ibrahim AS yang kita tunggu kehadirannya, dan masyarakat yang siap berkorban serta taat kepad pemimpin seperti Ismail yang diharapkan mampu membangun bangsa dan membela Agama.
  1. Pertolongan Allah Menyertai Orang-Orang Yang Ikhlas.
Allah tidak berkehendak menyakiti Ismail. Allah-Pun tidak berkehendak menimpakan kesedihan kepada Ibrahim, tetapi semata-mata Allah memberikan ujian, agar tampak kepemukaan sebesar apa kadar keimanan mereka, untuk kemudian dapat dijadikan renungan bagi umat dibelakangnya, termasuk kita, serta menjadi motivasi dalam membela kebenaran.
Tatkala pisau terhunus dipegang ditangan kanan, tangan kiri Ibrahim memegang dagu puteranya Ismail, pipi Ismail pun sudah menyentuh tanah, kemudian sambil mata terpejam Ibrahim menarik pisau tajam yang menempel dileher Ismail dengan sepenuh tenaga, maka kemudian apa yang terjadi?
Darah terpancar dengan deras dihadapan Ibrahim, leherpun terluka bahkan menganga, penyembelihan selesai dengan sukses, tetapi ........... Ismail malah berdiri tenang disamping ayahnya, sedang yang menjadi kurban tiada lain seekor Kibasy (domba besar) yang dalam sekejap didatangkan oleh malaikat Jibril dari surga, dan tanpa disadari oleh Ibrahim kibsy itu ditukar dengan Ismail.
Sebagaimana QS. As Soffat ayat 103-111 :
فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ ١٠٣  وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ ١٠٤ قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٠٥ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ١٠٦  وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٖ ١٠٧ وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِي ٱلۡأٓخِرِينَ ١٠٨  سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ ١٠٩ كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١١٠  إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١١١
“103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)
104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim
105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik
106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata
107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar
108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian
109. (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim"
110. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik
111. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”

Hadirin yang berbahagia.
Insya Allah, pengorbanan kita seberat apapun dan sebesar apapun, kalau saja itu dikerjalan dengan ikhlas, pasti dengan mudah Allah akan mengirimkan penggantinya. Sebaliknya, kebinasaan akan menimpa bila kecintaan kepada Allah, Rasulnya dan jihad dijalan-Nya dikalahkan oleh kecintaan kepada yang lain. Firmannya dalam QS. At-taubah ayat 24 :
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٢٤
“ Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
Penyusun :
-       Pimpinan Pontren Mubarokul Huda Kamasan Banjaran
-       Ketua MUI Kabupaten Bandung
Anggota Komisi Penetapan Hukum dan Fatwa MUI Jawa Barat

Related Post :