REFLEKSI QURBAN DALAM
KEHIDUPAN
Oleh : Jamjam Erawan, Drs. H.
Hadirin sidang ‘idul adha yang
berbahagia…
Sebagai insan tauhidi, dan warga yang menjunjung
tinggi nilai-nilai ilahi, disaat bahagia seperti inipun, kita lupa untuk selalu
memanjatkan puji dan syukur hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa, yang karena rahman
rahim-Nya, qudrah dan iradah-Nya, yang karena cinta, kasih dan sayang, dan
kekuasaan-Nya, pada pagi yang segar dan cerah ini kita dapat bertemu, dapat berkarya,
dan dapat beribadah secara bersama-sama dengan shalat sunnat dua raka’at idul
adha, yang insya Allah tidak terlalu lama lagi kitapun akan menyaksikan
darah-darah hewan qurban mengalir sebagai bentuk ketaatan dan taqwa hamba-Nya
serta syi’ar Islam yang telah Allah syari’atkan kepada kita semua.
Shalawat dan salam semoga Allah senantiasa
mencurahkan kepada khatamun-nabiyyin, Rasul dan Nabi kita yang terakhir, yakni
Nabi Muhammad saw. Tidak lupa kepada keluarganya, para shahabatnya, para
tabi’in, tabi’it-tabi’in hingga kepada kita semua yang senantiasa ’ittiba, mengikuti jejak langkahnya
untuk berkarya menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam demi terwujudnya ’izzul islam wal muslimin, kejayaan
Islam dan ummatnya, yakni menjadi ummat yang maju, mandiri, dan mampu berdaya
saing dengan ummat lainnya, yang dapat membemberi rahmat, dan manfaat bagi
seluruh alam.
Secara khusus, melalui mimbar dan kesempatan yang
baik ini, marilah kita menundukkan kepala kita sejenak, menjernihkan fikiran
kita, dan mengikhlashkan hati kita untuk mendo’akan keluarga kita,
saudara-saudara kita, tetangga dan warga kita yang sedang mengikuti prosesi
ibadah haji di Makkah al Mukaramah, semoga mereka diberikan kekuatan, kemampuan
dan kemudahan oleh Allah sehingga dapat meraih haji yang mabrur, Allahumma
inna nas-alula bianna lakal hamdu la- ila-ha illa- anta ya hanna-n ya manna-n
ya badi’us-sama-wa-ti wal ardhi ya-dzal jala-li wal ikra-m, Allahumaj’ahu
hajjan mabru-ra wa dzanban maghfu-ra wasa’yan masykura birahmatika ya arhama
ra-himien. Ya Allah jadikan suadara-saudara kami yang melaksanakan haji
tahun ini, haji yang mabrur, dosa yang diampuni, sa’i yang diterima serta
kumpulkan kembali meraka dengan keluarganya, saudara-saudaranya dan dengan kami
semua dengan membawa keberkahan bagi dirinya, keluarganya, tetangganya, bangsa
dan negaranya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd...
Hadirin sidang ’id yang dimulayakan Allah
Shalat idul adha yang telah kita lakukan
berjama’ah barusan, dan ibadah qurban yang akan kita lakukan setelah shalat
sunnat idul adha ini, pada hakikatnya merupakan syari’at Islam yang
menghubungkan ummat Nabi Muhammad saw dengan ummat Nabi Ibrahim as.
Ibadah qurban dan haji adalah dua rangkaian ibadah
yang merupakan nafak tilas perjuangan dan keteguhan Nabi Ibrahim as dalam
melaksanakan dan mematuhi perintah Allah. Qurban bukanlah hanya merupakan
rangkaian ritual seremonial tetapi ibadah yang sarat dengan hikmah, nilai-nilai
spiritual, sosial dan kemanusiaan. Hikmat tersebut dapat diraih dengan memahami
secara mendalam, melakukan rekonstruksi historis dan interpretasi kontekstual
perjalanan hidup Nabi Ibrahim dan puteranya, Nabi Ismail alaihima salam.
Oleh karena itu, setiap kali kita memasuki hari idul
adha, yang lebih populer dengan istilah hari raya qurban, maka kita sebagai
ummat Islam memandang bahwa peristiwa ini tidak bisa lepas dari peristiwa
episoda historia Nabiyullah Ibrahim AS dengan istrinya Siti Hajar serta putra
kesayangannya Nabi Isma’il AS sebagai hamba-hamba yang telah sempurna
ketaatannya kepada Allah SWT. Pada mulanya yang Allah perintahkan kepada Nabi
Ibrahim melalui i’tibar mimpi untuk
pengorbanan manusia, yaitu putranya sendiri, Isma’il AS.
”Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah
bagaimana pendapatmu? Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah
pada ayahanda, insya Allah ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
shabar”.
(QS 37:102).
Dapat kita bayangkan, bagaimana perasaan seorang
ayah yang baru saja bertemu dengan anak yang ia tinggalkan belasan tahun
lamanya di lembah yang tidak ada tanaman, tidak ada air kehidupan, begitu ia
bisa bertemu dan berkumpul bersamanya, harus mengorbankannya. Bila bukan karena
perintah Allah, pengorbanan itu amat sulit untuk di jalankan, baik secara logika maupun yang lainnya. Hal yang
demikian itu sebagai batu ujian keimanan dan pengabdian bagi keduanya terhadap
Allah, namun kemudian Allah gantikan pengorbanan manusia dengan sembelihan
kambing yang besar lagi sehat.
”Sesungguhnya
hal itu benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan kambing kibasyi, kambing yang besar dan sehat. (QS 37:106-107).
Pergantian pengorbanan manusia dengan hewan ini
merupakan isyarat yang cukup kuat bagi masyarakat masa kini dan masa yang akan
datang, bahwa semua praktek yang mengarah pada pengorbanan manusia harus
dihentikan, baik untuk kepentingan pribadi, golongan, agama, ataupun kekuasaan.
Dengan demikian, peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim
dan Nabi Isma’il alahimas-salam, yang
kemudian dikukuhkan menjadi syari’at bagi ummat Nabi Muhammad SAW dengan puncaknya dirayakan
sebagai idul adha dan penyembelihan hewan qurban, hendaknya mengingatkan kita
semua, yang tua maupun yang muda, penguasa maupun pengusaha, pejabat maupun
rakyat, direktur maupun yang diatur, yang kaya maupun yang papa, kaum elit
maupun masyarakat alit, pemimpin maupun yang dipimpin, bahwa yang dikorbankan
itu tidak boleh manusia, tetapi sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri
manusia, seperti sifat takabbur, sifat rakus, ambisius, menindas yang lemah,
menganiaya pihak lain, merampas hak-hak asasi manusia, buta aturan dan ajaran,
menghalalkan segala cara, serta bertindak semena-mena layaknya sifat-sifat yang
dimiliki oleh binatang.
Demikian pula, yang menjadi pesan utama dari
ajaran qurban ini, bukanlah sembelihan hewan qurban itu sendiri, melainkan
derajat keimanan dan ketaqwaan kita dalam pengabdian kepada Allah SWT. Daging
dan darah hewan qurban yang kita kurbankan sungguh tidak akan sampai kepada
Allah, kecuali keimanan dan ketaqwaan kita dalam menunaikan ibadah qurban
itulah yang bisa mencapai keridhaan Allah Ta’ala. Firman-Nya ;
”Daging-daging
qurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah,
tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (QS 22:37).
Ma’asyirul muslimien rahimakumullah.
Berdasarkan pada ayat yang khatib bacakan barusan
menjelaskan bahwa, kepatuhan dan ketaqwaan kepada Allah merupakan isyarat satu-satunya
tempat bergantung dan tempat kepasrahan amal setiap ummat manusia secara
absolut. Mempercayai bahwa ada faktor lain selain Allah di mana ummat manusia
menggantungkan nasibnya secara total adalah syirik. Ancaman Allah sangat jelas
di dalam al Quran :
”Sesungguhnya
syirik itu satu bentuk kesestan yang paling akut. (QS 31:13)
Inilah ajaran tauhid yang salah satu konsekuensi
logisnya ialah pengakuan jujur bahwa hanya Allah-lah yang sakral dan suci. Dan
ini berarti pula bahwa sikap mensakralkan apa saja selain Allah adalah syirik;
menganggap jabatan satu-satunya panglima adalah syirik yang sesat dan
menyesatkan, menganggap materi satu-satunya tujuan di dalam hidup dan kehidupan
ummat manusia adalah syirik yang sesat menyesatkan, menganggap dirinya paling alim,
paling pinter, paling kuat dan paling suci, serta menganggap rendah kepada
orang lain merupakan syirik yang sesat menyesatkan. Dengan demikian, inti dari
ajaran qurban ini adalah membebaskan ummat manusia dari sikap deskaralisasi
terhadap berbagai hal yang dapat menodai Tauhid kepada Allah. Hanya Allah-lah
satu-satunya yang sakral, hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan Yang Maha Kuasa,
dan hanya Allah-lah tempat bergantung semua ummat manusia. Sikap ini perlu kita
pupuk dan sadari selamanya oleh seluruh elemen bangsa ini, apakah dia itu kaum ulama,
umara, agniya, karyawan, dan masyarakat secara keseluruhan, bila dikaitkan
dengan kondisi bangsa dan negara kita saat ini yang secara terus menerus ditempa
berbagai krisis dan bencana, mulai dari bencana ekonomi, politik, hukum, sosial,
budaya, dan akhlak yang mengerogoti bangsa ini menjadi bangsa yang kurang
beradab dan bermartabat. Syaikhul Islam, Ahmad Musthafa Al Maraghi dalam karya
monumentalnya Tafsir al Maraghi menyatakan :
”Perbuatan
syirik itu merupakan sebab utama munculnya berbagai bencana”. (Al Maraghi VII:54).
Oleh karena itu, apabila bangsa ini ingin segera
keluar dari berbagai cengkaraman krisis dan bencana, salah satu solusinya
adalah bersihkan bangsa ini dari sikap dan perbuatan syirik kepada Allah, baik
itu syirik politik, yang menjadikan kekuasaan sebagai panglima, jalan pintas
untuk meraih kesenangan duniawi dengan menghalalkan segala cara dan tipu daya. Syirik
ekonomi, yang menjadikan harta kekayaan sebagai tujuan utama dalam hidup dan
kehidupannya yang hedonistis dan kapitalis. Syirik hukum, dimana hukum hanya
berlaku bagi orang-orang yang lemah tidak berdaya, sementara orang kuat meski
melakukan kesalahan besar, dapat bebas berkeliaran dan senyum riang gembira. Syirik
sosial, yang menganggap remeh dan enteng pada orang lain, hanya dirinya yang
paling kuat, paling hebat, paling alim dan paling suci sehingga mudah menindas
yang lemah, menganiaya bathin orang lain. Syirik budaya, mewabahnya pecinta hedonis
dan penggemar pornografi dan porno aksi karena dianggap sesuatu hal yang biasa,
mengikuti dan menuruti hawa nafsu syaithani, serta bentuk-bentuk syirik
lainnya. Allah berfirman ;
”Kalaulah
suatu bangsa beriman dan bertaqwa kepada Allah, mereka bebas dari berbagai
syirik, maka pasti Allah akan memberikan berbagai kebaikan, keberkahan, baik yang
datangnya dari langit, maupun dari bumi. Sebaliknya, apabila mereka merasa
bangga dengan berbagai kemusyrikan, mendustakan ayat-ayat Allah, maka tunggulah
siksa yang pedih dari Allah. (QS 7:96).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd
Hadirin sidang id yang berbahagia
Selain untuk memupuk ketauhidan, membangun
hubungan harmonis dengan sang Ilahi secara vertikal, ibadah qurban juga
memberikan pelajaran dan isyarat yang berharga bagi kita untuk membangun
hubungan harmonis dengan sesama ummat manusia secara horizontal, yang
diwujudkan dalam sifat saling menyayangi dan menghargai, sikap peduli, empati
pada sesama, mau membantu kesusahan orang lain, mau membantu menyelesaikan
masalah-masalah apa yang dihadapi oleh para pemimpinnya, saling bahu membahu,
saling tolong menolong, sabilulungan dalam berbagai program kebaikan dan
ketaqwaan. Allah telah berfirman :
”Akan
ditimpakan kehinaan pada mereka yang tidak mau membangun hubungan harmonis
dengan Allah sebagi Tuhannya, dan tidak mau membangun harmonis dengan sesama
ummat manusia.” (QS 3:112).
Bahkan di dalam suatu riwayat Rasulullah SAW telah
bersabda :
”Sayangilah
orang-orang yang ada di muka bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh penghuni
langit”. (HR. At-Thabrani).
Di dalam riwayat lainnya Nabi kita yang agung
menegaskan :
”Tidaklah
beriman seseorang di antara sekalian, sehingga mencintai orang lain seperti
mencintai dirinya sendiri”. (HR
Bukhari-Muslim)
Sungguh sangat relevan sikap ini bila dikaitkan
dengan situasi dan kondisi sosial kemasyarakatan pada saat sekarang ini, dimana
setiap saat kita secara terus menerus di suguhi berita yang menuntut kepedulian
kita. Ada jalan yang masih bolong-bolong, ada anak yang tidak bisa melajutkan
sekolah, ada sekolah atau madrasah yang runtuh, ada tindak kekerasan,
merebaknya perilaku geng motor, bahkan sampai terjadi saling membunuh, perang
antar warga dengan alasan yang tidak bisa diterima oleh akal sehat dan tidak
dibenarkan oleh ajaran agama terus berjatuhan. Yang kesemuanya itu selain merugikan
harta, jiwa, juga merugikan orang-orang yang ditinggalkannya sehingga anak
yatim, fakir miskin semakin hari semakin meluas menghiasi negeri yang kita
cintai ini.
Oleh karena itu, saat ini kaum muslimin di tuntut
untuk senantiasa melaksanakan berbagai momentum keagamaannya, termasuk ibadah
qurban ini, mari kita berfastabiqul
khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan, berada pada garda yang paling depan
dalam melaksanakan ibadah qurban tahun ini, kalau belum mampu hari ini, masih
ada hari esok, atau lusa yang diwujudkan dalam bentuk pengurbanan membantu
segala kesulitan orang lain, membantu biaya pendidikan anak bangsa, membantu
memberikan modal kepada kelompok usaha kecil dan menengah, membantu pengobatan
orang-orang yang terkena ujian sakit, membantu biaya hidup anak fakir dan
miskin, dan membantu mencarikan jalan keluar yang dihadapi oleh pemerintah,
serta bentuk bantuan lainnya sebagai bukti kesyukuran dan cerminan dari
manifestasi kekuatan iman, tauhid kepada Allah SWT serta rasa peduli pada
sesama ummat manusia.
Hadirin sidang id yang dimulyakan Allah
Kalau mencermati intisari dan jiwa dari maqa-shidusy-syari-’ah, tujuan yang
dikandung dalam berbagai syari’at, termasuk syari’at ibadah qurban, kita akan
mendapatkan bahwa Islam merupakan agama yang memberikan keseimbangan dalam
beramal antara dimensi spiritual-transendental dan dimensi sosial-humanisme,
antara aspek vertikal dan horizontal, antara hablum-minallah dan hablum-minanna-s.
Mari kita perhatikan dan renungkan bersama; mushhaf al Quran dimulai dengan
lafadz basmalah, yakni menyebut nama
Allah dalam surat al Fatihah, dan di akhiri dengan ungkapan lafadz wan-na-s, menyebut istilah untuk manusia
pada akhir surat yang terakhir. Ibadah shalat diawali dengan takbiratul ikhram, mengagungkan asma Allah,
dan diakhiri dengan membaca salam bagi keselamatan sesama ummat manusia. Shaum
ramadhan dimulai dengan niyat karena Allah, dan diakhiri dengan kewajiban
mengeluarkan zakat fithrah bagi penyucian diri dan kepentingan sesama ummat
manusia. Ibadah haji dimulai dengan membaca talbiyah
untuk mengagungkan asma Allah dan diakhiri dengan kalimat fala- rofatsa, wala- jida-la
wala- fusu-qo fil haj, tidak boleh berkata yang jorok, tidak boleh
saling berbantah-bantahan, dan tidak boleh berbuat fasik yang melibatkan dirinya
dengan orang lain. Begitu juga ibadah qurban yang akan kita lakukan sekarang,
dimulai dengan takbir di sore hari kemarin dan melaksanakan id di pagi hari,
kemudian di akhiri dengan penyembelihan hewan qurban di siang hari untuk di
bagi-bagaikan kepada seluruh ummat manusia.
Dengan demikian semakin jelas bahwa kedua aspek
ini tidak bisa dilihat secara parsial, namun haruslah di pandang secara
komprehensif, integral dan menyeluruh. Tidak terkecuali dalam ibadah qurban
kita ini, dimana panggilan berqurban hendaklah di sikapi secara integratif dan
penuh keterpaduan, Allah telah berfirman :
”Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kepada agama Allah itu secara utuh dan
menyeluruh, serta janganlah kamu mengikuti tipu daya setan. (QS 2:208).
Hadirin sidang id rahimakumullah
Setelah kita cermati dari uraian tadi, maka ibadah
qurban telah mendidik kita untuk senantiasa membangun dan memantapkan
Tauhidullah dan Tauhid sosial. Nabi Ibrahim telah memberikan uswah hasanah, suri tauladan yang baik
bagi kita semua agar membangun diri pribadi dengan kekuatan tauhidi yang akan
berdampak baik pada perilaku yang baik dan mulia, kemudian membangun keluarga
sakinah sehingga istri siap untuk tunduk patuh pada perintah Allah meski harus
mengalami kehidupan sangat sulit. Anak siap mentaati perintah Allah, senantiasa
berkomunikasi aktif, berdialog dengan orang tua dan taat atas perintah Allah
meskipun harus jiwa yang jadi taruhannya. Kemudian amar ma’ruf nahyi munkar, berdialog dengan kaum dan bangsanya secara
aktif dan konstruktif sehingga tujuan mulia kehidupan membangun masyarakat
marhamah, masyarakat yang maju, mandiri, dan mampu berdaya saing dengan
masyarakat lainnya, yang dalam terminologi quran disebut baldah thayyibah wa rabbun ghafur, negara yang baik, gemah ripah
loh jinawi dapat segera terwujud. Oleh karena itu, mari kita bangun daerah kita
ini dengan tauhid yang murni dan tauhid sosial yang adil merata sebagai makna
terdalam dari ibadah qurban ini dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, sebagai akhir khutbah ini,
perkenankan khatib mengingatkan bahwa ibadah qurban yang akan dilaksanakan
ba’da shalat sunnat ini mengandung dua sandaran.
Pertama; kehkhusy’uan dan lurusnya niyat dalam
ibadah qurban perlu kita luruskan karena Allah semata, bukan karena riya, bukan
karena sum’ah, bukan karena faktor kaya raya dan bukan pula karena
faktor-faktor yang lainnya, persis seperti ikrar kita inna shalati wa nusuki mahyaya
wa mamati lillahi rabbil ’alamien.
Sesungguhnya shalatku, hajiku, hidupku dan matiku hanya karena Allah semata.
Kedua; syi’ar ukhuwwah yang hendak dibangun
melalui pembagian hewan qurban harus dilakukan secara tertib, adil dan efisien
dengan meyakini bahwa seluruh energi, waktu dan materi yang digunakan merupakan
bagian dari pengurbanan dan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan ridha dan
maghfirah Allah SWT.
Semoga Allah senantiasa membimbing, menolong dan
menerima amal ibadah kita semua dan menjadi manfaat adanya sebagai bekal hidup
dan kehidupan kami.
Hadirin yang berbahagia
Sebelum khutbah ini ditutup, terlebih dahulu marilah
menundukkan kepala kita sejenak dengan penuh ketawadhu’an, memfokuskan fikiran
kita dengan penuh kekhusyu’an, dan mengikhlaskan hati kita dengan penuh ketulusan,
untuk munajat, memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa semoga kita semua diberi
petunjuk sehingga bisa keluar dari
berbagai persoalan berat yang sedang kita hadapi, dan kita juga memohon, semoga
kita, keluarga kita, dan para pemimpin kita senantiasa dibimbing oleh Allah ke
jalan yang lurus, jalan yang dapat menghantarkan kita semua ke gerbang
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Al hamdulillahirabbil ’alamien, hamdan sya-kirien,
hamdan na-’imien, hamdan yuwa-f i wa yuka-fi maziedah ya rabbana- lakal hamdu
kama- yanbaghi lijala-li wajhikal kariem
wa ’adhimi sultha-nik
Allahumma inna nas-alula bianna lakal hamdu la-
ila-ha illa- anta ya hanna-n ya manna-n ya badi’us-sama-wa-ti wal ardhi ya-dzal
jala-li wal ikra-m
Alla-humma ya Rahma-n ya Rahi-m, Tuhan Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.
Hanya dengan cinta kasih dan sayang-Mu ya Allah, hari
ini, kami telah Engkau kumpulkan di tempat ini, di tempat pusat pelayanan
masyarakat Kabupaten Bandung, untuk ruku’, sujud, dan berdo’a kepada-Mu setelah
kami melaksanakan berbagai amalan di bulan dzulhijjah ini; untuk itu ya Allah, terimalah semua amal ibadah kami, shaum arafah kami,
shalat kami, infaq kami, qurban kami, pelayanan kami dan amal shaleh lainnya.
Bukakanlah bagi kami pintu-pintu
keimanan, pintu-pintu keilmuan, pintu-pintu kebaikan, pintu-pintu keselamatan,
pintu-pintu kesehatan, pintu-pintu kekuatan, pintu-pintu keberkahan dan
pintu-pintu kemudahan untuk mewujudkan masyarakat Bandung yang maju, mandiri,
dan mampu berdaya saing dengan yang lainnya.
Alla-humma ya Ba-sithu ya Ra-fi’, Tuhan Yang Maha
Meluaskan dan Maha Mengangkat
Panjangkanlah umur kami dengan umur kebaikan dan
keberkahan, sehingga kami dapat mengabdi kepada-Mu dan dapat melayani
hamba-hamba-Mu dengan baik dan memuaskan. Terangilah hati dan jiwa kami dengan
sinar ayat-ayat cinta-Mu yang termaktub di dalam al Quran maupun Hadits
Rasul-Mu Muhammad saw, teguhkanlah iman dan taqwa kami dengan tauhid yang murni
bersih, tauhid yang hanya kepada-Mu kami beribadah dan memohon pertolongan,
baguskanlah amal perbuatan kami dengan amal shaleh dan jariyah, hiasilah wajah
kami dengan perilaku-perilaku mulia, kata-kata yang lembut lagi sopan dan
santun, serta lapangkanlah rizki dan mai’syah kami dengan harta yang halal lagi
berkah sebagai bekal hidup dan ibadah kami kepada-Mu ya Rabb.
Alla-humma ya Hanna-n ya Manna-n, Tuhan Yang Maha Pemberi lagi Pemberi
Pengharapan.
Anak dan keluarga kami adalah amanah-Mu ya Allah,
jadikan anak-anak dan keluarga kami menjadi hamba-hamba-Mu yang shaleh-shaleha,
yang menentramkan mata hati dan jiwa raga kami, kami titipkan mereka pada-Mu ya
Rabb, saat kami meninggalkan mereka, jaga iman dan taqwa mereka, baguskan
akhlak perilaku mereka, mudahkan segala urusan mereka, serta senangkan dan bahagiakan kehidupan mereka
dalam lindungan dan ampunan-Mu ya Allah.
Limpahkanlah kepada keluarga kami cinta, kasih dan
sayang yang Kau jadikan pengikat rindu keluarga Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad
SAW. Jadikanlah keluarga kami, keluarga yang saling menghibur di kala duka,
saling mengingatkan di kala bahagia, saling mendo’akan di dalam kebaikan dan
ketaqwaan, dan saling menyempurnakan dalam peribadatan.
Allahuma
ya Allah ya Ghafar ya Tawwab, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penerima
Taubat.
Kami
sadar seringkali buruk sangka kepada-Mu ya Allah, sering melalaikan perintah
dan sunnah rasul-Mu ya Allah, bahkan seringkali menganiaya diri sendiri dengan
melakukan berbagai salah dan dosa ya Allah, oleh karena itu, jadikan idul
qurban ini sebagai kifarat, penghapus segala khilaf dan alfa kami, segala
khilaf dan alfa ibu bapak kami, segala khilaf dan alfa orang-orang yang kami
cintai dan kami sayangi, segala khilaf dan alfa anak keturunan kami, segala
khilaf dan alfa guru-guru kami, segala
khilaf dan alfa para pemimpin kami, segala khilaf dan alfa saudara-saudara
kami, baik yang masih ada, maupun yang telah lebih dahulu meninggalkan kami.
Rabbana-
taqabbal du’a innaka Anta sami’ul ’Ali-m wa tub ’alaina- innaka Anta tawwa-bur
rahi-m.
Rabbana-
a-tina- fiddunya hasanah wa fil a-kirati hasanah wa qina- ’adza-ban-na-r.
Subha-na rabbika rabbul ’izzati amma yashifu-n wassala-mun ’alal mursali-n
walhamdu lillahi rabbil ’a-lami-n.
Nashrun
Minallah wa Fat-hun Qari-b wa Basy-syiril mukmini-n.
* Disampaikan pada
Khutbah ’Idul Adha 1434 H. di Lapangan Upakarti Pemerintah Kabupaten Bandung,
Selasa, 15 Oktober 2013 M.
**
Jamjam Erawan adalah Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah Sahara Bandung,
Pengisi Acara Ustadz Jaga MQTV, Cahaya
Qalbu TVRI Jawa Barat, Sekretaris PD Muhammadiyah Kabupaten Bandung Masa
Jabatan 2010-2015