Materi
Kutbah Jum’at
Tanggal : 19 Juni 2015
Oleh : Drs. H. Dudung Abdurrahman,
SH., M.Hum
Judul : Hikmah Puasa
Hadirin
sidang jum’at yang di rahmati Alloh SWT.
Dalam
kesempatan ini khotib berwasiat munajat khususnya kepada diri khotib sendiri umumnya
kepada hadirin sekalian marilah kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Alloh SWT.
Hadirin
sidang jum’at yang di rahmati Alloh SWT
Sebagaimana
firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن
قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah 183)
Hadirin
sidang jum’at yang di rahmati Alloh SWT.
Puasa menurut bahasa artinya menahan sesuatu dan
meninggalkannya. Adapun secara istilah syar’i, puasa adalah menahan diri untuk
tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan badan suami istri dengan niat
ibadah dari terbit fajar shadiq (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib) dan
meninggalkan perbuatan yang dilarang dan yang diharamkan, sebagai kesempurnaan
puasa.
Sudah tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya puasa
memiliki rahasia, manfaat, atau keuntungan sangat penting dan banyak yang tidak
diketahui oleh orang-orang pada umumnya. Mereka menganggap puasa membuat
dirinya kelaparan, membuat badannya menjadi sangat lelah luar biasa, dan
menghalangi kebebasan, menyiksa badan, dan sebagainya.
Akan tetapi para intelektual dan para ulama mereka
telah meneliti lalu mendapatkan rahasia- rahasia dan hikmah puasa dan diperkuat
lagi oleh para dokter. Mereka melihat bahwa puasa adalah pengobatan yang
terbesar dan sebaik-baik pencegah datangnya penyakit, dan obat yang paling
mujarab untuk penyakit-penyakit badan yang obat-obatan tidak berguna di dalam
pengobatan kecuali dengan diet yang sempurna, dan tidak makan dan tidak minum
untuk beberapa saat.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah
mensyari’atkan ibadah kecuali untuk mendidik di dalam diri manusia pembawaan
sifat taqwa untuk membiasakannya atas ketundukan dan peribadatan dan taat
kepada perintah-perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Agung lagi
Maha Berkuasa.
Adapun rahasia atau hikmah disyariatkannya puasa yaitu
:
1. Puasa adalah peribadatan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala, dan melaksanakan perintah-perintahnya, dan
memelihara diri dari yang diharamkan Allah subhanahu wa ta’ala,
Oleh karena hal tersebut disebutkan
dalam hadits qudsi Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Setiap amalan
bani Adam (manusia) untuk dirinya sendiri kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu
untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi balasan dengannya, dia meninggalkan
makanannya dan minumannya dan syahwatnya untuk-Ku”. Maka perasaan manusia dengan
peribadatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan perasaan tunduk kepada
perintah-Nya dan hukum-Nya, dan itulah tujuan beribadah yang paling tinggi dan
sasaran ibadah yang paling agung, bahkan hal tersebut adalah asas atau pokok
yang terpusat atasnya hikmah penciptaan manusia.
Allah SWT berfirman,
قُلۡ
أَنَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ
عَلَىٰٓ أَعۡقَابِنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ كَٱلَّذِي ٱسۡتَهۡوَتۡهُ ٱلشَّيَٰطِينُ
فِي ٱلۡأَرۡضِ حَيۡرَانَ لَهُۥٓ أَصۡحَٰبٞ يَدۡعُونَهُۥٓ إِلَى ٱلۡهُدَى ٱئۡتِنَاۗ
قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۖ وَأُمِرۡنَا لِنُسۡلِمَ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
٧١
“Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru
selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada
kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita
akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti
orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam
keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang
lurus (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami". Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar
menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 71)
2. Hikmah kedua yaitu puasa adalah
pendidikkan jiwa/diri, dan pembiasaannya atas kesabaran dan pembiasaan
menanggung kesulitan, kesusahan beramal dan berjuang di jalan Allah subhanahu
wa ta’ala, dan puasa mendidik kekuatan tekad, dan kemauan yang kuat.
Karena diperlukannya kekuatan
‘azimah (tekad) dan kekuatan kemauan yang mantap dan puasa menjadikan manusia
sebagai hakim, penguasa atas hawa nafsunya dan berbagai macam kesukaannya dan
kecenderungannya. Maka orang yang berpuasa tidak menjadi hamba/budak atau
tawanan dari nafsu syahwatnya, dan justru orang yang berpuasa dirinya, dan
nafsunya berjalan di atas petunjuk syari’at/aturan Allah subhanahu wa ta’ala,
dan di atas cahaya ilmu dan akal pikiran yang jernih. Ada perbedaan besar
diantara manusia yang dikendalikan oleh syahwat hawa nafsunya maka dia hidup
seperti binatang, hidup hanya untuk perutnya dan nafsu syahwatnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ
ٱللَّهَ يُدۡخِلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ جَنَّٰتٖ
تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَتَمَتَّعُونَ
وَيَأۡكُلُونَ كَمَا تَأۡكُلُ ٱلۡأَنۡعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثۡوٗى لَّهُمۡ ١٢
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang
mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka
makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.”
(QS. Muhammad: 12)
dan sangat berbeda dengan manusia
yang mengendalikan nafsu syahwatnya maka dia seperti salah satu dari
malaikat-malaikat.
Puasa tidak melarang manusia sama
sekali tidak boleh makan dan minum, bahkan dapat membentuk kekuatan ruhiyah
pada diri manusia agar merasakan perasaan saudaranya yang menderita kelaparan,
kesusahan, dan penderitaannya lalu mengulurkan bantuan, pertolongan dan
menghapus air mata orang-orang yang menderita kemalangan, dan menghilangkan
kesedihannya dengan bantuan dan bantuan orang yang dermawan yang dilatih oleh
puasa Ramadhan sebulan penuh.
Dan sungguh telah dikatakan kepada Nabi Yusuf ‘alaihis
salam.
Artinya: “Kenapa engkau menahan diri
tidak makan sedangkan engkau adalah penguasa yang memegang perbendaraan bumi.
Lalu Nabi Yusuf ‘alaihis salam berkata: “Aku khawatir jika aku kenyang, maka
aku akan melupakan orang yang lapar (rakyat yang menderita kesusahan)”.
Demikian juga rahasia puasa adalah
membentuk sifat taqwa dan taqwa adalah buah dan hasil dari pendidikan Ramadhan
yang mempersiapkan diri orang yang berpuasa untuk tunduk dan patuh kepada
aturan Allah subhanahu wa ta’ala dengan meninggalkan nafsu syahwatnya
yang dibolehkan seperti makan, minum, dan berhubungan suami istri tapi dia
tahan ketika puasa untuk melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala
dan ikhlas mengharap pahala di sisi-Nya dan inilah semua rahasia, dan ruhnya
dan hikmahnya yang mulia dari puasa Ramadhan.
Betapa agung dan luhurnya rahasia dan hikmah
disyari’atkan puasa oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang maha Adil dan
Bijaksana