MASJID AGUNG AL-FATHU KABUPATEN BANDUNG

Resume Kultum Dzuhur
Oleh : Drs. H. Fathudin
Tanggal : 09 April 2015

==============================================================

1. Menggunakan Aturan-Aturan Allah SWT dalam Kehidupan
 bahwa pentingnya menggunakan hukum yang Allah tetapkan akan kehidupan ini dimana dengan menegakan hukum tersebut kita semua akan terhindar dari malapetaka, kehancuran yang telah Alloh SWT janjikan.

sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
dari Annas " Rasulullah bersabda : sesungguhnya kehancuran itu adalah ketika diangkatnya ilmu agama, tetapnya kebodohan, dilindunginya minuman keras dan timbulnya perzinahan"

2. Orang yang Belajar dan Mengajarkan Al-Qur'an
dari Usman RA Rasulullah Bersabda : "sebaik-baiknya manusia adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya kembali".
Point penting :
- Pentingnya mengajarkan Al-Qur'an Kepada Keluarga Kita
- dengan membaca Al-Qur'an akan menjadi Syafaat bagi kita di Akhirat kelak
- Al-Qur'an akan menjadi cahaya di alam kubur.



Read More >>
Materi Kultum Dzuhur
Tanggal : 08 April 2015
Oleh : Ust. Yusuf Abdul Haq



SIFAT YANG ADA PADA MANUSIA

1. Sipat Kilabiyah artinya sifat binatang seperti anjing
2. Sifat Hinjiriyah artinya sifat yang menjurus kepada syahwat seperti babi
3. Sifat Syaitoniyah artinya sifat yang mempasilitasi dua sifat diatas
4. Sifat Rububiyah artinya sifat yang
menjurus pada ketuhanan
Read More >>




Materi Kultum Dzuhur Tanggal 07 April 2015
Judul : Shalat Berjamaah
Oleh : KH. Muhammad Odang Muhyidin



=====================================================================





صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)

Dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:tDari Abu Musa
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي يُصَلِّيهَا ثُمَّ يَنَامُ
“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim no. 662)
dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:tDari Abu Ad-Darda`
مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 344)
Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 650)

Penjelasan ringkas:
Karena besarnya urgensi shalat berjamaah bagi keumuman lingkungan kaum muslimin dan bagi setiap individu yang ada di dalamnya, Allah Ta’ala menjanjikan untuknya pahala yang besar dan Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam- senantiasa memotifasi untuk mengerjakannya. Dan beliau -alaihishshalatu wassalam- mengabarkan bahwa shalatnya seseorang secara berjamaah jauh lebih utama daripada shalat sendirian dan bahwa shalat berjamaah merupakan sebab terjaganya kaum muslimin dari setan. Keutamaan yang pertama untuk individu dan yang kedua untuk masyarakat kaum muslimin.
Read More >>

Judul : Bersyukur
Tanggal : 03 April 2015
Oleh : Drs. H. Kodir Jainal Aripin, M.Pd.I


Kaum Muslimin sidang jum’ah rahimakumullah…….
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan berupaya menunaikan perintahnya dan mejauhi larangan Nya. Dengan harapan semoga senantiasa kita mendapat rahmat dan hidayahNya. Dan kita termasuk hamba yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat. Amin.
Selanjutnya, marilah bersama sama kita sadari begitu banyak anugerah dan nikmat Allah yang terlimpah kepada kita, baik yang berupa material maupun in material yang kita gunakan didalam kehidupan di dunia ini. Saking banyaknya, hingga tak akan mampu kita menghitungnya. Allah telah berfirman :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا
“ Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tak akan mampu menghitungnya”. (QS.Ibrahim : 34).
Lafadl Syukur diambil dari lafadl syakara, yang berarti membukak, sebagai kebalikan lafadl kafara (kufur) yang berarti menutup.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dan menggunakan nikmat tersebut pada sesuatu yang di ridlai oleh Dzat Yang memberi nikmat. Sedangkan kufur adalah menyembunyikan dan melupakan nikmat. Allah telah berfirman :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS: Ibrahim : 7)
Pada dasarnya segala bentuk kesyukuran itu harus ditujukan hanya untuk Allah Dzat yang memberi nikmat. Akan tetapi bukan berarti kita tidak boleh berterima kasih kepada sesama yang telah menjadi perantara datangnya nikmat tersebut, justru kita harus juga menyatakan syukur dan terima kasih kepada fihak yang telah menjadi perantara datangnya nikmat Allah.
Hal ini dapat kita fahami dari firman Allah, yang memerintahkan kita untuk berterima kasih kepada kedua orang tua kita, yang telah menjadi media wujud kita terlahir di dunia ini. Firman Allah Ta’ala :
أن اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.(QS.Luqman : 14).
Perintah bersyukur kepada kedua orang tua merupakan isyarat agar kita bersyukur kepada siapapun yang telah berjasa dan menjadi perantara atas datangnya ni’mat anugerah Allah tersebut. Barang siapa yang tak mau bersyukur dan tak mau berterima kasih kepada sesama manusia yang telah berjasa, berarti ia tak bersyukur kepada Allah. SWT. Secara tegas Nabi Muhammad Sallallahu ‘alai wa sallam bersabda :
مـن لـم يـشـكـر الـنـاس لـم يـشـكـر الـلـه
“Barang siapa yang tak mau bersyukur dan tak mau berterima kasih kepada sesama manusia , berarti ia tidak bersyukur kepada Allah “
Kaum Muslimin sidang jum’ah rahimakumullah…….
Manfaat syukur, akan kembali kepada orang yang bersyukur. Allah tak akan mengambil keuntungan apapun dari syukur hambanya, sebagaimana Allah tak akan merugi dan tak akan berkurang kewibawaan dan keAgunganNya bila hambanya tak mau bersyukur dan kufur atas nikmat karunia Nya.
Ada berbagai cara untuk mensyukuri ni’mat Allah Ta’ala, antara lain :
1. Syukur bil qalbi :
Menyadari sepenuh hati semua ni’mat dan prestasi yang diterima seorang hamba, tidak hanya hasil oleh karena kepandaian, keahlian dan kerja keras, akan tetapi karena fadlal dan anugerah Allah Ta’ala. Kesadaran ini mendorong seseorang untuk tidak merasa kecewa dan tidak merasa berat menerima ni’mat Allah. Meskipun hanya kecil atau sedikit.
2. Syukur bil lisan :
Mengakui dan menyatakan dengan lisan melalui ucapannya bahwa segala ni’mat hanya dari Alah semata. Pengakuan inipun disertai memuji kepada Allah dengan ucapan Al Hamdulillah, ucapan ini merupakan manifestasi pengakuaan bahwa yang paling berhak menerima pujian hanyalah Allah semata.
3. Syukur bil arkan :
Menggunakan ni’mat anugerah Allah untuk hal hal yang diridlani Allah SWT. Sebagai Dzat Yang Memberi ni’mat tersebut.
Bapak bapak, jama’ah jum’ah rahimakumullah…….
Syikap syukur ini harus menjadi kepribadian kita kaum Muslimin. Sikap ini mengingatkan kita supaya mau berterima kasih kepada Dzat Yang Memberi ni’mat dan kesanggupan untuk berterima kasih kepada orang lain yang menjadi perantara datangnya ni’mat yang kita terima. Dengan bersyukur seseorang akan ridla terhadap ni’mat yang diterima, dengan tetap meningkatkan upaya dan ikhtiyar untuk mencapai ni’mat yang lebih baik.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah Nya kepada kita semua, sehingga kita pandai bersyukur kepada Allah dan sanggup berterima kasih kepada orang lain yang telah menjadi lantaran ni’mat yang kita terima.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ* وَنَفَعَنِي وَإِيَّا كُمْ بِااْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ* إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ * قَالَ تَعَالَى وَهُوَ أَصْدَقُ اْلقائِلِيْنَ: أَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشًّيْطَانِ الرَّجِيْمِ* بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ* وأمـا بـنـعمـة ربـك فحدث* وَقُلْ رَبِّ اْغفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ
Read More >>

Masjid Agung Al-Fathu Kabupaten Bandung dibangun sekitar tahun 1985 bertepatan dengan perpindahan Ibu Kota Kabupaten Bandung dari Baleendah ke Soreang. Hal ini dilakukan berdasarkan kesepakatan para Ulama dan Umaro waktu itu dengan berpatokan kepada hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah dimana bangunan yang pertama di dirikan adalah Masjid Quba, maka perpindahan Ibu Kota Kabupaten Bandung diawali dengan peletakan batu pertama Masjid Agung Kabupaten Bandung oreang . Adapun penamaan Masjid Agung Al-Fathu berdasarkan hasil Istikharoh para Ulama yang diambil dari Surat An-Nasr Ayat I : Al-Fathu berarti Kemenangan.
Masjid Agung Al-Fathu dibangun di area tanah pesawahan kurang lebih 2000 m2 yang dibeli oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dari masyarakat saat itu. Dalam proses pembangunannya yang pertama dilaksanakan oleh PT. Sinar di bawah pimpinan Asep Sinar hanya sampai setengah rangkai bangunan. Kemudian pembangunan selanjutnya dilanjutkan oleh PT. Timur sejahtera dibawah pimpinan H. Syamsudin sampai selesai dengan menggunakan dana bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD II) Kabupaten Bandung serta dari warga masyarakat Kabupaten Bandung melalui kupon infak, saat itu beberapa tokoh ulama dan masyarakat ikut memprakarsainya. Namun demikian bentuk bangunan cenderung bergaya arsitektur bangunan khas Daerah Jawa Barat (Julang Ngapak) sehingga pada bagian atap Masjid tersebut tidak memakai kubah sebagaimana layaknya Masjid. Kemudian Masjid Agung Al-Fathu Kabupaten Bandung diresmikan oleh Gubernur Jawa barat Bapak R. Nuryana pada tanggal 25 Agustus 1995.
Selanjutnya Dinas Permukiman dan Tata Wilayah Kabupaten Bandung telah mengganggarkan pada tahun 2006 kegiatan perencanaan Renovasi Masjid Agung Al-Fathu dengan Konsultan Perencana PT. Cilcon Engineering Bandung, dalam perencanaan tersebut pekerjaan utama adalah pemasangan kubah Masjid dengan sumber biaya dari Hibah Pemprov Jabar tahun anggaran 2006. Pada tahun 2007, Dewan Kemakmuran Masjid Agung Al-Fathu Soreang Kabupaten Bandung mendapat bantuan dana dari Pemprov Jabar untuk renovasi Masjid Agung Al-Fathu. Adapun pelaksanaannya dengan cara Swakelola, yaitu dengan membentuk Panitia Renovasi Masjid Agung Al-Fathu Soreang Bandung dan pengawasannya dilaksanakan oleh Konsultan Pengawas.
Jadi proses pembangunan renovasi Masjid Agung Al-Fathu baru dilaksanakan 2 (dua) kali yaitu pada tahun 2006 dan 2007. Adapun salah satu lembaga yang ikut menentukan arah kiblat Masjid Agung Al-Fathu Komplek Pemda Kabupten Bandung adalah Departemen Agama Kabupaten Bandung dan melibatkan sebagian tokoh ulama yang mempunyai kemampuan dibidangnya.
Dari sejarah singkat diatas, keberadaan Masjid Agung Al-Fathu Kabupaten Bandung, dengan sendirinya, menjadi sangat sentral sekaligus monumental. Kita sangat berharap, keberadaan Masjid  Agung Al-Fathu dimasa yang akan datang menjadi Pusat Kegiatan Umat Islam di Kabupaten Bandung. Masjid Agung Al-Fathu harus memancarkan ruh, yang memberikan semangat untuk mensyi’arkan agama Islam, membangun kemuliaan akhlak manusia dan memotivasi kesadaran warganya untuk berswadaya merevitalisasi kotanya sendiri, dalam upaya mewujudkan kota yang religius dan bermartabat
Read More >>