TEKS
KHUTBAH ‘IDUL FITHRI 1436 H/2015 M
Judul
: Sifat Orang Yang
Bertaqwa
Oleh : KH. Anwar Saifuddin Kamil
(ketua umum MUI Kab. Bandung)
Hadirin
Jamaah I’d yang dimulyakan Alloh SWT.
Gema
takbir dan tahmid telah berkumandang, menggetarkan alam raya dan jagat semesta.
Hari yang dinanti telah tiba, pertanda bulan Ramadhan telah berakhir. Tiada
kebahagiaan yang tercurah dalam hati, kecuali menanti saat yang fithri. Pada
hari raya ini kita berkumpul, bersua dan bertatap mata, mampu menyiram dahaga
perjalanan suci ibadah shaum kita. Memberi cahaya akan datangnya lembaran baru
kehidupan setelah sebulan lamanya kita ditempa dalam perjuangan memerangi nafsu
angkara yang senantiasa membelenggu manusia.
Betapa lapar, haus dan dahaga kita rasakan. Tiada harapan yang ditiupkan
lewat angin-angin do’a, semoga ibadah shaum kita, tidak hanya sekedar lapar dan
dahaga, lelah dan letih setiap hari, tetapi berbuah menjadi amal ibadah yang
diterima oleh Alloh Azza Wajalla dan limpahan pahala sebagaimana yang telah
dijanjikan kepada kita sekalian. Rosululloh SAW bersabda yang artinya :
” tiada sedikit orang yang
berpuasa, akan tetapi tidak ada yang didapat dari puasanya hanya lapar dan
dahaga.”
Tujuan
diwajibkannya puasa oleh Alloh SWT, ialah agar kita semua benar-benar beriman
dan bertaqwa kepada-Nya, menjadi orang-orang muttaqin. Sebagaimana dalam surat
Al-Baqarah ayat 183 :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ
مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
183. “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah Ayat : 183).
Sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur’an, bahwa dalam kata kunci yang menjadikan manusia
mendapat kemuliaan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat hanyalah dengan jalan
bertaqwa kepada Alloh SWT. Dengan taqwa prestasi tertinggi akan diraih,
kebahagiaan yang kekal nan abadi akan didapat dan itu merupakan janji Alloh
SWT, yang harus kita yakini. Taqwa menjadi point penting titik keberangkatan
kita membangun jiwa dan pribadi yang lebih baik. Janganlah kita sia-siakan
hidup yang hanya sekali ini, hiasilah dengan taqwa.
Baginda
Imam Ali memberikan gambaran orang bertaqwa dengan sikap dan sifat seperti ini
:
Ada
lima diantara sifat orang yang bertaqwa kepada Alloh;
1.
Takut
Kepada Alloh
Segala sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini,
semuanya ada di tangan Alloh SWT, Allohlah yang mengurus dan mengaturnya.
Ada rasa takut didalam hati, takut ibadah puasanya tidak
diterima, takut tidak diberi rizki, takut tidak selamat dan takut dengan
berbagai ancaman dari Alloh SWT. Itu akan melahirkan sikap tanggungjawab yang
besar kepada diri kita.
Sekecil apapun dan kapanpun, dimana pun yang kita
lakukan didalam hidup ini, baik ataupun jelek, semuanya akan dicatat oleh para
malaikat, dan akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan pengadilan Alloh
Azza Wajalla dan akan mendapatkan balasan setimpal dengan perbuatannya, tidak
akan di dzolimi sedikitpun.
Hidup ini bukanlah pemberian dengan Cuma-Cuma, bukanlah
sesuatu yang disia-siakan, dibiarkan tiada berharga, sia-sia tidak berguna
tetapi semuanya harus kita isi dengan sebaik-baiknya dengan sesuatu yang
bernilai dan bermanfaat dan itulah sikap taqwa yang harus kita pertahankan.
Karena kita harus mempertanggungjawabkannya baik kepada sesama didunia ini,
bagitu juga kepada Alloh selaku pemberi utama semua yang ada yang kita
butuhkan.
وَٱتَّقُواْ
يَوۡمٗا تُرۡجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا
كَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ٢٨١
281. “Dan
peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan
yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun
tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah ayat 281)
2.
Bersyukur
dengan Sungguh-Sungguh
Orang yang bertaqwa akan terhiasi hidupnya dengan
syukur, baik kepada Alloh SWT ataupun sesama atas nikmat yang dirasakan
diterima dan tergambarkan dalam sikaf peduli terhadap sesama.
Dengan sehat kita bersyukur kepada Alloh SWT dan peduli
terhadap orang sakit, dengan rizkinya dia bersyukur kepada Alloh SWT dengan
peduli terhadap orang yang membutuhkannya, dengan pangkatnya dia akan peduli
terhadap bawahannya, pemimpin peduli terhadap rakyatnya, yang kuat peduli
terhadap yang lemah, yang mampu peduli terhadap yang teraniyaya, yang kaya
bersyukur dengan peduli terhadap yang miskin, yang berilmu peduli terhadap yang
bodoh. Ini semua adalah bentuk syukur yang tercermin dalam ibadah puasa dengan
peduli memberi makan dan minum bagi yang berbuka puasa, zakat fitrah dan
santunan-santunan lain, rizki yang kita miliki tidak semata-mata hasil jerih payah kita sendiri, tetapi ada
keringat orang lain yang bercucur menyertainya.
3.
Mengamalkan
Al-Qur’an
Orang yang bertaqwa selalu berusaha untuk menerapkan dan
memperagakan ajaran Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah pelita kehidupan, Al-Qur’an
adalah petunjuk jaminan kebahagiaan.
Al-Qur’an tidak diragukan lagi sebagai petunjuk bagi
orang yang bertaqwa, Al-Qur’an bukanlah jimat yang harus disimpan disalam
lemari, tetapi kalimat suci kalam Illahi yang harus terpatri dalam diri. Dengan
mengamalkan Al-Qur’an, akan lahir sikap jujur dan benar.
Sikap jujur akan melahirkan kepercayaan bagi orang lain,
keamanan dan kenyamanan bagi siapapun, menghilangkan saling curiga, perasangka
tidak baik. Dengan ibadah puasa kita terlatih untuk bersikap jujur, walaupun
keinginan untuk makan dan minum dan perbuatan-perbuatan maksiyat lainnya,
sangat mudah kita lakukan. Namun kita jujur dengan niat untuk menyelesaikan
ibadah puasa dan fakta nyata benarnya pengakuan kita terhadap Al-Qur’an.
4.
Menerima
Keadaan yang Sedikit atau Bersabar
Rela menerima apa adanya dalam hidup ini, tidak ada kata
putus asa, tidak mengeluh dan penyesalan, tiada marah atau bermuram durja,
itulah sikap sabar. Karena semuanya merupakan anugrah dan kasih sayang dari
Sang Kholiq yang diberikan kepada kita.
Mungkin terasa sangat sulit hati kita untuk menerimanya
dengan rela dan ikhlas. Manusia menginginkan kepuasan dengan serba ada dan
banyak, makan yang banyak, harta yang melimpah, itulah mimpi indah kita semua,
pada akhirnya terjerumus dengan bujuk rayu syaitan, tidak ada kamus halal atau
haram, tidak ada kawan ataupun lawan, tidak saudara atau handai tolan. Terhadap
orang tua dan orang yang mengasihinya pun berani ditelantarkan, guna mengejar
kemewahan dan kepuasan nafsu semata. Sabarnya hilang tak berbekas dalam hati.
Nauzubillah.
Puasa melatih kita untuk sabar. Sabar memang pahit,
tetapi akhitnya akan berbuah manis, mengikuti hawa nafsu memang manis, akhirnya
akan terasa pahit.
5.
Mempersiapkan
Bekal Kepulangan
Hidup di dunia ini tidaklah kekal, ada sesuatu yang membatasinya
yaitu kematian. Tiada satu teoripun yang bisa menghindarkan kita dari kematian,
suatu kepastian yang ditentukan Alloh Sang Pencipta bagi makhluknya, apapun
upaya dan usaha menghalanginya sia-sia belaka dan kematian akan menghantarkan
manusia kehadirat Yang Maha Kuasa Sang Pencipta Alloh SWT.
كُلُّ
نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ
فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ
ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
185.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imron Ayat 185)
Belak yang harus kita siapkan, solusi yang tepat untuk
menghadapi kepulangan, bukanlah harta dengan gemerlapnya, jabatan dengan
kekuasaannya, namun sikap taqwa kepada Alloh SWT lah atau amal shaleh yang akan
menyertainya yang telah kita paparkan tadi dari hasil pelajaran Ibadah Puasa
selama satu bulan lamanya.
Betapa merasa risih dan miris hati kita manakala kita
melihat situasi dan kondisi dizaman modern ini, dimana kebejatan akhlak dan
degradasi moral sangat meresahkan. Anak-anak muda kita banyak terobsesi dengan
berbagai kejahatan, mabuk miras, judi, perkosaan, pelecehan seksual,
pembunuhan, pemerasan dll, semuanya sudah tak asing lagi dalam pandangan dan
pendengaran kita.
Dengan inti dari ibadah puasa marilah kita bangun diri
kita, lingkungan dan masyarakat kita dengan bertaqwa kepada Alloh SWT.
Marilah kita berdo’a
semoga segala kesalahan dan kekhilafan kita diampuni oleh Alloh SWT, orang tua
kita, para pemimpin kita, tunjukanlah ya Alloh ! kami ke jalan yang benar,
bimbinglah kami se ua, berilah kami hidayah dan taufiq, agar kami mampu
melaksanakan segala perintah-Mu dan menjauhi segala larangan-larangan-Mu demi
meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.